GANASMYA NAFSU DINA DI TEMPAT TIDUR



Cerita Dewasa - Aku melihat sekali lagi catatanku Benar, itu rumah nomor 27, Pasti rumah Om
Andro, kerabat jauh ayahku, Kuhampiri pintu dan kutekan bel Rumah. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik.

"Cari siapa Mas?" tanyanya.

“Apa betul ini rumah Om Andro? nama saya Randi. "

"Oh .. sebentar ya,"

"Pa .. ini Randinya sudah datang", teriaknya ke dalam rumah.

Kemudian aku menyambut masuk, dan setelah Om Andro keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah,

“Randi, ayahmu barusan nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rina, ”

"Terus anterin Randi ke kamarnya, kan dia cape, dia biar istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi."

Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh ayah aku disuruh tinggal dirumah Om Andro. Rina ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini saya diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rina.

Aku sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andro, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rina. Kadang-kadang dia suka bertanya-tanya soal pelajaran sekolah, dan aku butuh bantuan. Aku sering mengingat-curi untuk memperhatikan Rina. Kalau di rumah, dia sering pakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering memikirkan betapa indahnya badan Rina seandainya sudah tidak pakai lagi.

Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rina sedang belajar sambil tiduran di atas karpet.

“Sepi sekali, lagi belajar yah? Tante kemana? " tanyaku.

"Eh .. Randi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah .., Mami sih lagi keluar, katanya sih perlu sampai malem."

"Iya deh, aku ganti baju dulu."

Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran sambil membaca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak diundang Rina mengundang makan bareng. Tapi tidak ada yang sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rina sudah tidur telungkup di atas buku yang sudah dia baca, mungkin sudah lelah belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.

Memperhatikan Rina tidur membuatku terangsang. Aku senang sekali. Mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku langsung ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rina. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur Rina sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap, dan celana dalam bagian bawahnya kelihatan.

Celana berwarna putih, agak tipis dan berenda, jadi bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku mengeras di balik celana pendekku. Buah dadanya naik teratur sesuai dengan nafasnya, membuat pembunuhanku semakin berdenyut. Ketika sedang menikmati-senang melihat, aku mendengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andro sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.

Dan aku memang ketiduran sampai agak sakit, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan segera. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rina.

“Randi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih ”, ​​katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya.

“Wah, ini kalkulator yang juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih ga terlalu beda dengan komputer ”, sahutku.

“Ya sudah, sudah dibaca dulu deh. Rina juga mau mandi dulu ”, katanya sambil naik ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengambil Rina dengan pandanganku. Saat mengambil handuk, badan mengeluarkan sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas di balik daster. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur.

Kemudian Saat Rina berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang membaca kalkulator itu. Tidak lama kemudian saya mulai mendengarkan suara Rina yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rina yang sedang mandi, dan hal itu membuat gairahku kembali mengeras. Karena tidak tahan, aku segera memulai kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku berhasil.

Aku mengambil kursi dan naik untuk mengintip lewat celah kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan… aku! Melihat Rina yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk jubah. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan.

Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kontolnya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan membunuhku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, aku juga tidak nyaman mengintip orang mandi. Aku segera menuju kamarku dan melepaskan perasaanku yang tidak karuan.

Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andro sedang mengobrol sambil nonton TV, dan Om Andro kalau minta tolong keluar kota dengan bicara. Dia pesan butuh aku membantu Rina jika butuh bantuan. Tentu saja aku siap, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rina memulai kita.

"Randi, tolong aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!" katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku tak bisa menolak. Aku pun pergi ke kamarnya dengan diiringi Om Andro yang tersenyum-melihat Rina yang manja. Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi.

Rina duduk sementara aku berdiri di sampingnya. Aku senang sekali mengajarinya, karena aku bisa menunduk pasti dada Rina kelihatan dari dasternya yang berhasil. Aku lihat Rina tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, mengeras di balik celana dan kelihatan menonjol.

Aku suka itu Rina tahu kalau aku suka curi melihat buah dadanya, tapi dia tidak berhasil merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku yang pantas aku dapatkan hingga aku terjebak. Rina pasti juga bisa meraih kemenangan yang menarik. Rina sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk.

“Rina, kamu cantik sekali ..” kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rina diam saja dengan gerak maju semakin menunduk. Kemudian aku diletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemenanganku semakin pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya.

Aku merasa nafas Rina sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan kompilasi tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rina mencengkeram dan memegang tanganku. Mukanya mendongak kearahku.

“Randi aku mau diapain ..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya.

Saat bibir kita bersentuhan, aku menikmati bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan perasaan penuh, dan Rina membalas ciumanku, tetapi belum melepaskan tanganku. Dengan perlahan-pelan badan Rina aku bimbing, aku mengangkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras pulih dadaku, dan kemenanganku juga ditangkap perutnya.

Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rina semakin memburu, dan mulai mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin raih kebadanku hingga berkembang aku terjepit perutnya.

Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di ganti. Kini Rina tinggal pakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rina mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.

Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku memandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan kompilasi mulutku menghasilkan buah dadanya, Rina mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan disetujui, dan disetujui dan dadanya ke Arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku.

“Aduuhh .. aahh .. aahh”, Rina semakin merintih-rintih kompilasi dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit.

Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rina kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.

“Randiii .. aahh .. baju kamu dibuka dong .. aahh ..” Akupun menerima keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, sampai aku juga bisa pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya.

Penisku semakin keras karena Rina menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelaraskan ke celana. Bulu pembunuhannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku tetap vaginanya sudah basah kompilasi jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan kompilasi tanganku mulai mengusap klitorisnya, ciumannya di mulutku semakin pembohong. Mulutnya sembuh mulutku dengan keras.

Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama makin kencang, dan makin kencang. Pantat Rina ikut bergoyang, dan semakin rapat, semakin penisku semakin berdenyut. Sementara klitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rina menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya, dan badan Rina tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.

"Aahh aahh Randiii .. adduuuhh aahh aahh aahh",

Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.

“Ran .. aku bisa yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali senang sekali.

“Iyaa .. boleh ..” bisikku. Kemudian berikan kubimbing ke celana dalamku.

"Aahh ..." Terasa nikmat sekali. Rina juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai digerakkan dengan dua, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku.

Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku senang badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku senang aku sudah banyak orgasme.

"Rinaaa .. aku jauh keluar .." bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya semakin kencang.

"Aahh .. Rinna .. uuuhh .. aahh .." akhirnya dari penisku memancarkan cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak.

Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rina tidak berhenti mengurut-urut, sampai terasa semua cairku sudah habis. Aku senang sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rina semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku selamat lemas lagi.

Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rina berlumuran spermaku kompilasi dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan aku butuhkan jaringan. Dan saya melihat ke arah kemacetan.

“Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti .. ”kataku sembari berharap mudah-senang suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rina mengangguk, aku mulai menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.

Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari ini kuliah sangat padat, saya pikir tidak bisa berkonsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan hanya Rina. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian kompilasi aku sedang menonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rina keluar dari kamarnya, sudah keluar rapi. Dia mendekat dan membuka munduk.

“Randi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong .. ”

"Eh .. apa? Iya, aku tidak ada acara, tayang yah aku ganti baju dulu ”jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera diantisipasi berangkat. Selamat datang agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan kompilasi Rina duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, jadi kompilasi duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop tidak bisa lepas melirik kepahanya.

Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rina tidak menolak. Dan saat mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku Tahu Rina memegang penisku karena tegang karena menempel di pantatnya. Rina meremas tanganku dengan kuat. Kita memilih tempat duduk paling belakang, dan tampak yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati.

Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Saat lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berhubungan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut.

Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rina. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang tepat, dan Rina mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta membeli sesuatu.

Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan Arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, jadi sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan kompilasi tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rina berganti menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah.

Tanganku segera menyelinap ke belakang ke celana, dan mulai memainkan klitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.

"Randi .. aduuuhh .. aku tidak tahan lagi .. berhenti dulu yaahh .. nanti di rumah ajaa .." rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.

“Randi .. sekarang aku mainin punya kamu yaahh ..” katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol.

Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian memasukkan menelusup, merogoh, dan kompilasi akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditarik keluar celana, sehingga mengacung tegak.

"Randi .. ini sudah basah .. cairannya licin .." rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan.

Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan ujung kanan penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.

"Rina .. teruskan sayang .."

Aku bisa tetap penisku. Rina meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku layak spermaku sudah sangat keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar akan muncrat kemana-mana.

“Rina .. aku hampir keluar nih .., berhenti dulu deh ..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan

"Waahh .. Rina belum mau berhenti .. punya kamu ini bikin aku permata .." rengeknya.

“Terus gimana .., apa enaknya kita pulang saja yuk ..!” ajakku, dan kompilasi rina mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian rina, dan segera kita keluar

Di mobil tangan Rina kembali mengusap-usap celanaku. Dan saya diam saja dia membuka ritsluitingku dan menelusupkan mengundang mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku semakin berdenyut kompilasi dia bilang, "Aku bisa yah nyiumin ininya yah .." Aku pengin segera sampai kerumah.

Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rina membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi di samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rina kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya.

Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar menunggu juga kulepas. Kemudian roknya, dan celana terakhir juga kutolak dan semuanya teronggok di karpet.

Badannya pendek sekali. Ini adalah pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan panjang bulat. Dan gadis ini adalah Rina yang sering aku impikan tetapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rina juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan kompilasi membuka celana dalamku, Rina selesai sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan melepaskan perutnya.

Uuuhh, rasanya nikmat sekali kompilasi kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rina juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rina bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin berhasil birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.

Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rina mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dibukai tanpa dibuka, dan rupanya semakin membuat nafsunya memuncak.

Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku menonton dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak kompilasi akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya mulai-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.

Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai bertambah kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketengurangannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang saat aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Lebih Saat Rina menjadi semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

Saat akhirnya aku selamat spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rina menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa tahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa.

Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berulang kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meski spermaku sudah habis, mulut Rina masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.

“Terima kasih ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.

"Ah .. aku juga suka kok .., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu."

Kemudian ujung hidungnya kukecup, sudut juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi telanjang yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku mau nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang terletak di sebelah kanan, sedangkan tanganku yang tersisa meremas susu yang kiri.

Rina mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian perlahan-pelan aku mulai mengusap tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai menikmati bulu kemenangannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku.

Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan klitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke klitorisnya, dan semakin licin klitoris dan vaginanya, membuat Rina semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.

"Ahh .. Randiii .. aahh .. terusss ... aahh .. akuanggg .." mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera kehilangan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua mendesak kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulepaskan jadi vagina dan klitorisnya terbuka di depan mukaku.

Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap klitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku mencium mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai menangnya terangkat, kemudian dipindahkan kepalaku sampai aku muncul di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kuseot, sampai Rina meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

“Randii .. aku tidak tahan .. aduuhh .. aahh .. enaakk sekaliii ..” rintihnya berulang-ulang.

Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang buka penisku kuusap-usapkan ke klitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku memegang pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali kompilasi penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rina juga merasakan hal yang sama, dan sekarang berhasil ikut membantu dan melepaskan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.

"Rina .. aahh .. enakkk .. aahh .."

"Aahh .. iya .. eeennaakkk sekaliii .."

Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin parah, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rina semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong perlahan hingga kepala penisku masuk ke vaginanya.

"Aduuuhh .. Randii .. saakiiitt .. aadduuuhh .. jaangaann .." rintihnya

"Tahan dulu hilang ... Nanti juga hilang sakitnya .." kataku membujuk

Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, lalu akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk masuk setengahnya. Mulut Rina sampai terbuka tetapi sudah tidak bisa bersuara.

Punggungnya terangkat dari karpet gantung desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya kompilasi aku kembali lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku bisa mendapatkan ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya.

Kita tetap berpelukan dengan saling saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama mengalami keenakan yang tiada taranya. Setelah itu membantunya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, perlahan, lambat, semakin cepat, semakin cepat, dan cepat goyangan beranjak. Rina juga semakin cepat.

"Randii .. aduuuhh .. aahh .. teruskan sayang .. aku hampir niihh .." rintihnya.

"Iya .. nihh .. tahan dulu .. aku juga hampirr .. kita bareng ajaa .." kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat.

Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku juga bisa vaginanya menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat .. dan semakin cepat .. dannn .. "Raaniii .. aku mau keluar niihh .." "Iyaa .. keluarin saja .. Rina juga keluar sekarang niiihh." Aku pun menghunjamkan penisku cepat -keras yang menang dengan pantat Rina yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras.

Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, berhasil mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan banyaknya menyirami vaginanya.

“Aahh… aahh .. aahh ..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, jadi spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih berusaha berhasil-nekan dan memutar jadi penisku seperti diperas. Kita orgasme berulang selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir.

Pantatku masih dapat diatur dengan mudah, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga memungkinkan spermaku keluar semua tanpa dibiarkan begitu pun.

“Aahh .. aahh .. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

Saat sudah mulai kendur, kuciumi Rina dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai aku mengerti kalau Rina sedang menangis. Tanpa bicara kita saling mengobrol.

Aku sadar bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan kompilasi penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rina masih mengisinya di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur dengan berpelukan.

Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulina Rina masih terlelap di sampingku masih kalah bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, mandi kupikir dengan air hangat pasti disambut. Aku menunggu badanku diguyur udara hangat berlama-lama, dan memang senang sekali. Waktu sekitar 20 menit, kompilasi aku kagum karena ada yang mengelola punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari diambil tangan.

Ternyata Rina sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.

"Aku ikut mandi yah ..?" katanya.

Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap disetujui yang ada di dadaku, sambil meminta diriku yang masih kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rina mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, tambah aku juga merasakan susunya yang berhasil punggungku.

Usapan tangan Rina mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rina sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rina mulai menciumi leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menguat badanku.

Selangkangan dan susunan mulai digesek-gesekkan ke meja dan punggungku, dan bantulah yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang, aku dapat menikmati yang sedang menikmati yang biasa.

"Rina oohh .. nikmat sekali sayang."

“Randiii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin membohongi pembohongku.

Aku yang sudah siap gemas segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rina. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu terbangnya.

Kemudian kompilasi jari tangan kananku mulai dibuka clitorisnya, Rina pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuatku semakin menikmati nikmat. Mukanya menengok ke Arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.

"Rina aku tidak tahan nih aduuuhh."

"Iya Ran .. aku juga sudah tidak tahan .. uuuhh .. uuuhh."

Badan Rina segera kubungkukkan, dan diangkat kurenggangkan. Aku segera diarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.

"Randi .. cepat memasukkan sayang cepat uuhh ayoo." Aku yang sudah gemas segera melepaskan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rina menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak.

“Aahh .. kamu kasar sekali .. aduuhh sakit aduuhh ..” Aku yang sudah tidak sabar memulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rina semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku.

Tidak lama mulai Rina mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan kemenangannya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kejam, dan penisku yang sudah semakin keras berhasil mencapai dasar vaginanya. Dan jika penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rina melepaskan diri.

"Hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai." katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rina yang mulai turun badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rina, dan di mulai ke bibir vaginanya.

Tiba-tiba Rina turun badannya duduk di pangkuanku jadi penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas.

Kemudian bangkitnya, mulai naik, makin lama makin keras. Rina dilakukan dengan ganas sekali.

Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku bisa penisku seperti dipelintir.

"Randii .. aku .. aku .. sudah .. hampirrr, uuuhh ..." Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan kemenangannya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rina semakin pembohong.

Tidak lama kemudian Rina menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus melepaskan sambil menghidupkan pantatnya.

“Sekaranggg aahh sekaranggg Randi, sekaranggg”, Rina berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan.

Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya mencium mulutku, dan melepaskan memelukku sangat keras. Rina orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu badannya berangsur mengendur.

"Ran, makasih yah .., sekarang aku pengin ngisep boleh yah ..?" katanya sambil mengangkat penisnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rina kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung diambil senjataku sampai diangkat tenggorokannya.

Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-minta penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan berpartisipasi. Lidahnya memutari penisku yang ada di dalam mulutnya.

“Rina isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg .. issaapp ..”, Rina yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat.Dan…

"Aahh .. sekaranggg .. sekaranggg .. issaappp .." spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkelanjutan. Rina dengan rakusnya menghabiskan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rina terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rina masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.

Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun selesai mandi sambil saling menyabuni. Setiap kali saya ingin telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur sebentar sambil terus berpelukan.

Pagi-pagi kompilasi aku bangun ternyata Rina sudah membalik rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena sudah siap. Maka saya pun segera mandi dan siap-siap.

Di perjalanan dan selama pembelanjaan kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan sambil dibantu. Kita belanja selama beberapa jam, lalu kita mampir ke Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari soal pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan.

Saat ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rina tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai senang terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya pendek. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka.

“Ayo .. nakal yah ..” kata Rina, bercanda.

"Tapi suka kan?" kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rina memang memberi kenyamanan tersendiri, sampai aku bisa penisku menjadi tegang sendiri.

“Randi .. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun .. pingin lagi yah? Rina jadi pengin ngelus itunya nih .. ”kata Rina menggodaku.cerita porno 2016, cerita porno terupdate, cerita porno terbaru, cerita porno, aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.

“Randi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah? ” Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman dari pada aku yang berhasil aksiku.

Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rina langsung menyelinap ke balik bajuku, ke Arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.

"Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!" kataku. Rina diam saja, dan kemudian dibuka kompilasi menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya nanti mulai meremas penisku yang masih di celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut.

Karena terangsang juga, Rina mulai dibuka membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan dimulai, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.

“Randi .. aku pengin ngisep ininya .. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku ..” katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.

Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua sudah pulang. Kita bebas saling berpandangan dan tersenyum kecewa.

“Eh, sudah sampai di rumah yah ..” Rina menyapa mereka.

“Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang .. sudah belanja kan? ” kata maminya Rina.

“Iya deh, sebentar Rina ganti baju dulu. Eh, Randi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku ”, kata Rina sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma bisa mengiyakan dan ke kamarku ganti baju dengan celana pendek dan kaos. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari.

Tidak lama kemudian Rina memulai ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rina mulai mengajariku memasak.

"Sudah Mami istirahat saja di sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin .." kata Rina.

“Iya deh, emang Mami cape banget sih, udah yah, Mami mau coba istirahat saja”, kata Rina Maminya sambil keluar dari dapur. Aku sedang memotong sayuran. Setelah beberapa saat, Rina tiba-tiba memelukku dari belakang, langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.

“Eh .. kok ininya bobo lagi .. Rina bangunin yah?” Setelah dikeluarkan kemudian Rina mengambil saus salad yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku.

Kemudian salad dressingnya dituangkan ke dalam, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merajut badannya, susunya pulih punggungku, Rina mulai meremasi penisku dengan dua mengerti. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu.

Tanganku aku turunkan ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Saat sampai di pangkal pahanya, aku baru mulai mau Rina ternyata sudah tidak pakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian memulai pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah mentransfer cairan yang semakin banyak dari vaginanya. Tangan Rina juga semakin pembohong meremas, meraba dan mengocok penisku.

“Rina .. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur ..” kataku berbisik karena merasa agak tidak aman.

Rina kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.

Tidak lama kemudian Rina kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rina yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rina kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rina dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki didirikannya ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku.

Tangan Rina menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rina tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan mendorong pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas.

Kaki Rina hanya siap kuangkat juga ke pinggangku, jadi sekarang dua langkah melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rina berusaha menggoyang-goyangkan kemenangannya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku senang Rina hampir orgasme.

Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rina orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku nyaman seperti diurut-urut dan aku juga hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rina tidak pembohong lagi, dia hanya mengikuti gerakan balasanku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.

Kemudian sementara penisku masih di dalam dan di kaki Rina masih di pinggangku, aku naik ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, jadi sekarang Rina ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita hanya berdiam diri saja. Rina masih menikmati selamat menikmati orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya.

Sementara aku menikmati posisi ini, dan menikmati melihat Rina ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu domba yang saling menempel. Saya melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena batangnya masih di dalam vagina Rina, dan aku melihat klitorisnya yang sangat basah.

Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya hingga Rina mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku selamat vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang klitorisnya kupelintir dan kucubit-hasta.

Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar menunggu susunya yang tersisa kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rina mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.

“Ya Tuhan Randiii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.

"Randii .. aahh .. aku hampir dapet lagii .. ahh .., terus gitu sayang", rintihnya dengan gerakan yang semakin pembohong.

Pantatnya semakin keras dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut.

Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya berganti yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rina tiba tiba tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan meresponnya dia memelukku dengan mudahnya.

“Hh Randdiii .. hh. hh. " Aku merasakan Rina orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama.

Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku sudah sangat orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rina masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.

“Randi .. jangan dikeluarin dulu .. nanti di mulutku saja yah”.

Maka setelah turun dari pangkuanku, Rina segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasme sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rina, dan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan

“Aahh Rina aku keluarrr terus isaappp .. aahh ..” dan memang Rina dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.

Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali lagi dimasak.

"Randi .. makasih yah, tapi aku belum puas, habis ya bebas, entar malem lagi yah ..!" aku yang suka hal yang sama cuma mengangguk.

"Berlari, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu."

"Maksudmu ..? apa selama ini belum? "

"Aku pengin melakukan hal yang sama kamu kamu .., tunggu saja .."

“Ihh .. apaan sih .., Rina jadi merinding nih”, kata Rina sambil membuka bulu yang diangkat, dan sambil tersenyum aku mengelusi berhasil. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku senang sekali.

Post a Comment

0 Comments